Sabtu, 13 April 2013

Bukan klarifikasi

Jadi ceritanya kemarin itu, orang-orang seseksi saya pada heboh gara-gara ada yang nemu tulisan di sebuah blog satker, yang ditulis oleh salah seorang pegawainya. Inti tulisannya adalah, komplain dari si orang satker itu bahwa pelayanan oleh customer service di kantor kami sangat membingungkan. Fyi, jadi salah satu kerjaan inti di seksi saya itu adalah helpdesk terhadap permasalahan aplikasi-aplikasi yang dikembangkan di instansi kami, dan salah satu sarananya adalah layanan konsultasi melalui email.

Gak usahlah saya jelaskan secara detail isi blog dari satker itu. Gak perlu juga saya tautkan link nya secara langsung di blog ini. Emang biasa kan, semaksimal apapun kita merasa udah memberikan pelayanan, tetep aja ada pihak yang merasa kurang puas dengan itu. Yang membuat saya agak jengah, selain mengeluhkan jawaban kami yang dinilainya membingungkan (bahasa bijaknya sih sebenarnya tidak nyambung, antara maksud yang dia sampaikan dengan penafsiran kami dan jawaban yang kami sampaikan, terlepas dari pendapat si satker bahwa kapasitas otak SDM kementerian kami memang kurang :) ), ada beberapa hal tidak masuk akal lain yang tiba-tiba ditambahkan di tulisan itu, seolah menggiring opini publik tentang payahnya pelayanan di tempat kami.

Padahal dari kemarin gregetan pengen nanggepin, tapi gak usahlah ya. Kalau tulisan di blog itu ditujukan secara langsung kepada kami melalui surat atau email, rasanya baru perlu diklarifikasi. Atau siapa tau si penulis blog itu atas nama kebetulan mampir di blog ini, dan meminta kelanjutan klarifikasinya, baru saya lanjutkan. Haha *mustahil*
Btw, tadinya mau komen di blognya itu, tapi fasilitas komennya dinonaktifkan ternyata.

Sekali lagi, intinya adalah hati-hati berkomentar di media sosial, terlebih dengan membawa nama instansi. Jangan sampai pendapat subjektif dari seorang pegawai menjadi semacam pandangan resmi dari instansi itu, apalagi jika bahasa yang digunakan bisa dibilang tidak lulus sensor norma dan nilai. :P