Kamis, 07 Agustus 2014

Latepost: cerita tentang Pak Jonan

Beberapa minggu sebelum puasa, kantor saya mengadakan sebuah acara yang pembicaranya adalah Bapak Ignasius Jonan selaku Dirut PT KAI yang dalam masa mudik lebaran ini namanya semakin melambung (yang gak ngerti silakan gugling :P). Pada kesempatan itu, Pak Jonan didampingi jajaran direksi PT KAI bercerita mengenai perubahan yang beliau lakukan di salah satu BUMN terbesar di Indonesia tersebut.

Kita semua ngerti lah ya betapa besar perubahan yang terjadi di PT KAI di era kepemimpinan Pak Jonan. Mulai dari kualitas kereta jarak jauh yang semakin meningkat dengan ditiadakannya tiket tanpa tempat duduk, larangan merokok dan penjual asongan, AC di hampir semua tingkatan kereta, penjualan tiket secara online, dan masih banyak lagi. Belum lagi penataan stasiun-stasiun terutama di Jabodetabek yang kita tahu sendiri sebelumnya sekumuh apa, juga pembenahan serta penghargaan di kalangan pegawai sampai direksinya. Masih banyak lah prestasi yang ditorehkan PT KAI belakangan ini, yang tentunya tidak lepas dari peran besar sang direktur utama. Saya gak akan bahas secara detail karena kayaknya semua orang juga sudah tau hal ini.

Yang mungkin tidak diketahui banyak orang dan menjadikan saya makin kagum sama Pak Jonan adalah, bahwa beliau ini mengakui punya keterbatasan. Beliau sadar bahwa beliau adalah orang biasa yang memimpin suatu badan usaha yang pasti memiliki keterbatasan. Jadi di balik semua programnya, beliau sangat realistis akan beberapa hal yang beliau rasa itu gak mungkin sehingga beliau gak pernah berjanji muluk-muluk tentang hal tersebut. Misalnya terkait pembenahan KRL, yang pasti para penggunanya menuntut pelayanan dan kenyamanan yang semakin baik. Apa kata beliau? "KRL itu harga tiketnya paling jauh cuma 3500 mau minta apa? Ya dapetnya cuma jaminan selamet tok, gak usah berharap nyaman", katanya sambil bercanda. Kesel gak dengernya? Haha.. saya sih iya. Tapi itu realita lho. Yah walaupun di negara tetangga dengan tiket seharga itu sudah bisa naik kereta lokal dengan nyaman. Laba dari commuter line itu masih sangat kecil apalagi dibandingkan dengan kereta jarak jauh. Belum lagi penumpangnya yang terdiri dari semua golongan mulai dari pegawai sampai pedagang pasar. Tentu menaikkan harga demi meningkatnya dana yang bisa digunakan untuk pembenahan bukan perkara mudah. Pak Jonan sadar dengan status PT KAI sebagai BUMN yang harus menghasilkan laba, maka ia realistis dengan pembenahan lebih banyak pada sektor yang memang labanya lebih tinggi.

Tentu gak semua perkataan Pak Jonan bisa saya setujui dan terima dengan lapang dada. Masih aja mbatin, kok gitu sih pak, blablabla. Rasa kurang puas juga masih ada di sana-sini. Tapi sebagai orang yang sudah 4 tahun terakhir ini setia menjadi pengguna layanan kereta, saya merasakan betul perubahan yang terjadi, dan saya salut dengan Pak Jonan yang mampu mengawal perubahan tersebut. Seperti pernah saya tulis di akun Path, beliau ini salah satu tokoh yang saya lihat dan rasakan sendiri hasil kerjanya. Orang-orang seperti beliaulah yang menjadi harapan kita bahwa Indonesia gak kekurangan tokoh keren kok untuk membangunnya. Jangan lupa masih ada Bu Risma, Pak Ridwan Kamil, dll meskipun untuk beliau-beliau saya belum merasakan langsung karena memang tidak berada di wilayah yang sama.

Saya gak mau terlalu kagum dan taklid buta sama seorang tokoh manapun. Walau bagaimana beliau juga manusia yang mungkin aja bisa salah. Tetapi selama beliau berbuat kebaikan gak ada salahnya kan kalo kita teladani? Ah, semoga Pak Jonan tetap istiqomah dalam kebaikan ya Pak. Semoga semua program-programnya terlaksana dengan baik dan semakin baik, di manapun itu.


Ps.
Gosipnya Bapak banyak diusulkan jadi MenHub ya Pak? Pesen saya sekarang cuma satu, kalau nanti jadi, tolong tinjau kembali (kalau perlu cabut aja) ijin operasi L**N Air ya pak, udah gak ada bener-benernya maskapai itu. Hih!  #MasihSensiSamaLion